Menyandi, menyusun sandi-sandi … mengutarakan pemikiran menjadi makna-makna. Dalam abstraksimu terdapat pemilihan kata-kata. Namun, di sejumlah malam, kau seakan mengembun di antara kening dan pelipis, menjadi hening yang tak bicara, tak bersuara … tiada lebih, hanya semisal dingin yang merayap di luar selimut …
Suatu waktu, kau melampirkan amarah di antara kelunya lidah angin. Aku tersiksa gulana saat rasa menjadi bara. Telah nyata, pancar dari matamu mengecoh aku, sedang tangan-tanganku tak kuasa merangkum silir-silir angin. Berputaran, menjatuhkan aku di air mengalir …
Suaramu, kekasih … paduan angin, ranting, dan daun. Apa yang kuresapi dalam dekap tadi malam? Cintaku menetes sebelum embun sampai di daun-daun …
Maka merapuhlah aku, saat seluruh hasrat mencederai hati. Begitu mudahnya terlepas apa yang teramat sulit diraih, sementara dingin menggigilkanku di sementara sendi dan belulang hampa. Lantas, tiadakah merah yang mewakili luka? Seolah jerit diri pun terdengar salah saat mengabarkan rasa sakit. Mungkin nelangsa sedemikian keruh menjamah kebeningan hati … merampas keheningan menjadi erangan palsu …
Satu keluh saja, kekasih … karena cinta menyerap segara marah. Satu keluh saja … sekadar melarungkan sisa-sisa malam yang terpenggal lelap …
tak baik melenguh, eh mengeluh.. hehehe
iya, benar …langsung tobat, ah …*sekarang tersenyum aja … he he he …
begitu ya lukanya bang? heeeeee.. *meringis aja kagak ngarti.. hahaha
tenang, calm down … ada betadine pelepas dahaga … he he he …
tsaaaaahh.. asek deh ah.. dah sembuh keknya.. wihihi
luka? ingat betadine … he he he …
betadine nya jangan diminum yak.. hahahabuat pelepas dhaga gitu…ekeke
jangan …kata ayah itu berbahaya … he he he …