Aku melimbang ke ngarai Awwab saat matahari membakar peluh anak-anak unta. Kulihat sutrah-mu masih menancap di atas tanah, di depan iftirasy-mu yang begitu sunyi … sedang rakaat-rakaatmu telah usai menggenapkan waktu duhamu …
Kau lantas berpaling dari sunyi tasyahudmu … mengorak sila ke arahku dan bersandar di dekat qirbah-mu. Aku pun bertanya tentang gigil yang menjalari sekujurmu, juga tentang isak tangis yang mendahului kata-katamu …
Aku memikirkan perjalanan yang jauh, katamu … sedang akhir kehidupan itu teramat samar dan tersembunyi. Aku tak tahu dengan kafan apa para malaikat akan menyelimuti ruhku saat mendaki langit. Namun, dia yang menuai ruh itu bernama Maut … begitulah yang termaktub dalam kedua wahyu yang suci … bukan Izra-il sebagaimana yang kau dengar dari lisan penduduk gunung dan lembah …
Renungkan keadaan tulang belakangmu jika Rabb semesta menyingkapkan betis-Nya sebelum jembatan itu terbentang … dan renungkan kekekalanmu saat kematian menjadi kambing yang disembelih di antara dua tempat yang kekal …
Ah, anganku meranggas saat kau menularkan gigil lewat udara yang menampung huruf-huruf suaramu. Aku melepuh oleh ucapan kematian yang kau hidangkan di atas abu dan pasir. Sungguh telah nyata terjatuhku di depan kedua matamu yang menangis … bahkan telah tersisih kecongkakan hati hingga ke batas takut …
Kau sungguh seperti langit yang tak pernah menggurui bumi …
Bandung, 14 November 2010
–HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA—
tersenyum … he he he …
arti wahyu itu apa?
apa ya …*garuk-garuk …وحي: الوَحْيُ: الإِشارة والرِّسالة والإِلْهام والكلامالخَفِيُّ wahyu adalah isyarat dan risalah dan ilham dan pembicaraan yang tersembunyi …