Kau melafalkan satu fonem lalu menuliskan satu aksara sebagai lambangnya …
“Udara, alat ucap, dan artikulasi,” katamu. “Seperti itulah bunyi ujaran yang terkecil, ia mampu membedakan arti.”
***
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ فِي الْكُرْسِيِّ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ بِأَرْضِ فَلاَةٍ، وَفَضْلُ الْعَرْشِ عَلَى الْكُرْسِيِّ كَفَضْلِ تِلْكَ c عَلَى تِلْكَ الْحَلْقَةِ
“Langit yang tujuh jika dibandingkan dengan al-kursiy tak ubahnya seperti gelang di al-falah. Demikian pula keunggulan al-‘arsy atas al-kursiy, yaitu seperti keunggulanan al-falah atas gelang.” (Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 109)
Kata الفلاة (al-falah) dalam hadits di atas ditutup dengan aksara ة (ta’ marbuthah) di akhir kata, dan kata ini memiliki arti gurun sahara.
Jika seorang muadzin melafalkan fonem /ة/ ketika mengucapkan:
حى على الفلاح
“Mari menuju kemenangan”
Tentu artinya bukan lagi, “Mari menuju kemenangan,” tetapi, “Mari menuju gurun sahara.”
Bandung, 7 Oktober 2011
–HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA—
yang belajar juga harus benar … he he he …
ooo kebalik ya. tuh, kan… hahaha. eh kanaasah itu bener sapu ya? bukan sikat?
coba cari lagi di kamus … he he he …nanti kasih tahu ke saya …
berarti benar sapu. td agak ragu sih.
iya, sapu … tapi sikat besar dari ijuk juga memang mirip sapu, sih … he he he …ada tuh sikat ijuk yang kaya sapu. waktu saya sebut sapu yang lain bilang itu sikat … he he he …
he he he. ada ada aja manusia, ya.
begitulah manusia, Novi …manusia memang ada-ada saja … he he he …
*manggut-manggut*mau ngecek adzannya Raihan ah, dia suka adzan di mushollajangan sampai malah ngajak ke gurun sahara nantinya
ha ha ha …semoga Raihan mengajak Pandu menuju kemenangan, ya …*ke gurun sahara kalau mereka mau ibadah haji saja nanti, Bunda … he he he …
aamiinnganterin mamanya naik haji ya….
betul, betul … he he he …
ooooh keren ^_^
dari fonem, lahirlah suku katamelahirkan bunyi, merangkumi ertidigabungkan menjadi kata maknawi …tiada aku mampu mengilham kata ujar simbolik milikMU,tiada aku menghayati walau hanya satu fonem tulisanMUkerana di situ, rahsiaMU tiada batas …lidahku kelu, lidahku janggal,maka sebutan ku sering larikatanya berubah, akulah yang rugi …selagi jantungku bergetar dalam kekuasaanMU,selagi akalku menjana dalam kebesaranMU,selagi itu aku terus mencari maknaakan fonem bersimbol tika dicantumlahirlah bunyi bermakna yang sebenarnya …
hoooo … he he he …
puisi yang indah sekali, Aisya …like this … he he he …