hanya saja kita bertarak menekuri kelaziman … -pikiran yang mengasing tak lagi hirau akan lafal dari lisan sendiri …
****
**
Syaikh Muhammad Nashir ad-Din al-Albani –rahimahullah–
Menukil dari sini: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=175701
قال الشيخ محمد ناصر الدين الألباني -رحمه الله- في سلسلة الهدى و النور -الشريط رقم ١۹٠:
Syaikh Muhammad Nashir ad-Din al-Albani –rahimahullah– berkata di dalam Silsilah al-Huda wa an-Nur (pita kaset nomor 190):
أرى كثيراً من الناس الذين يظهر أنَّهم ملتزمين -ليس فقط بالفرائض- بل وبالنوافل وبالأمور المستحبة، كالذكر بعد الصلاة -مثلاً- والتسبيح والتحميد والتكبير ونحو ذلك؛ أرى بعضهم حينما يريد أن يعمل بقوله –صلى الله عليه وسلم:
Aku melihat banyak orang yang menampakkan kelaziman mereka terhadap perkara-perkara yang bukan saja fardhu tetapi juga nafilah dan mustahab seperti zikir selepas shalat –semisal- ucapan tasbih, tahmid, takbir, dan yang selain itu. Akan tetapi kulihat pula sebagian di antara mereka tatkala hendak mengamalkan Sunnah Nabi –shallallahu ‘alaihi wa salam– berikut …:
من سبح الله دبر كل صلاة ثلاث وثلاثين، وحمد الله ثلاثاً وثلاثين، وكبَّر الله ثلاثاً وثلاثين، ثم قال تمام المئة لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شئ قدير، غُفرت له ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر
– هذا حديثٌ صحيح، ورواه الإمام مسلم في صحيحه-
Barang siapa yang bertasbih (menyucikan Allah) di akhir setiap shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, bertahmid (memuji Allah) tiga puluh tiga kali, bertakbir (mengagungkan Allah) tiga puluh tiga kali, kemudian menggenapkannya menjadi seratus dengan ucapan, “La ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu, lahu al-mulku wa lahu al-hamdu, wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir,” niscaya diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih lautan.
– Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim di kitab Shahih –
حينما يريدون العمل بهذا الحديث، ترى بعضهم لا يكاد يبين بلسانه عن تسبيح الله وتحميده وتكبيره؛
… ketika mereka bermaksud mengamalkan hadits ini, kaulihat sebagian di antara mereka tidaklah melafalkan tasbih, tahmid, dan takbir secara benar.
فماذا تسمع؟ (سبحاناللسبحاناللسبحانالله …)
رأيتم كما رأيت أنا أظن؟ لست وحدي -يعني- في هذه الدعوة.. . هذه ماذا نسميها؟ (سبسبة)
Maka apa yang kaudengar? (yaitu ucapan), “Subhn … subhn … subhn … subhnllah ….”
Kalian lihat sebagaimana yang kulihat karena kupikir bukan aku saja yang mengetahuinya. Kita namai apa pelafalan seperti itu? (Tiada lain) namanya adalah sabsabah (padang tandus tak berair) …
ثم: (الحمدللهالحمدللهالحمدلله …) فهذا ليس تسبيحاً وليس تحميداً؛
(اللهأكبراللهأكبراللهأكبر…) بلحظات..بثواني انتهى من المئة (!)
Kemudian juga mengucapkan, “Alhamdelahm alhamdelahm delahm …,” maka ini bukanlah kalimat tasbih dan bukan pula kalimat tahmid; (demikian juga), “Allhakbarel lahkbarel lahkbar …,” sekejap demi sekejap hingga mencapai yang keseratus.
هذه المئة من جاء بها، ما أجرها؟ غفر الله له ذنوبه، وإن كانت مثل زبد البحر، ولو كان الإتيان بها بمثل هذه ((البسبسة))؟ حاشا لله.. إنما يجب أن يتأنى؛ فيقول: “سبحان الله”، “سبحان الله”، “سبحان الله” … “الحمد لله”، “الحمد لله”، “الحمد لله”، إلى آخره.
Keseratus kalimat yang diucapkan ini, apakah pahalanya? Diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih lautan. Akan tetapi, akankah (teraih pahalanya) walaupun diucapkan dengan sabsabah seperti itu? Maha suci Allah, hanyalah hal itu wajib dilakukan dengan sabar, maka ucapkanlah, “Subhanallah … subhanallah … subhanallah,” juga “Alhamdulillah … alhamdulillah … alhamdulillah,” demikian sampai akhir …
Bandung, 8 Januari 2013
–HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA–
pertamax!!! sya la laaaa
blom dibaca, heheheheee
yang penting komen dulu pertamax … he he he …
hooorrrreeeee …
Novi berhak mendapatkan hadiah … he he he …
mana?
hadiah maya … he he he …
masa yg maya juga ga ada gambarnya ;p
ha ha ha … harusnya ada gambarnya, ya …
-dulu kalau di mp bisa gampang nempel gambar di komen, ya …
wkwkwkwkkk… terjemah yg “alhamdelahm” itu kayaknya khas indo ya? iya sih, emang kebanyakan begitu. ntar mau pelan pelan, ah.
wkwkwkkwkkw …
kayaknya memang seperti itu, ya … he he he …
yang kedengeran memang seperti itu…. apa mungkin sisanya bersuara pelan hingga tidak terdengar?
*jadi kudu sabar mengucapkannya*
iya betul, Bang …
mari kita bersabar, Bang … he he he …
ada yang gini nih…allah…allah..allah… >>> makin lama jadinya cuman hu…hu…hu…
*sesat
yang seperti itu Sufi, para penganut tasawuf …
mengagungkan ketidaksadaran dan mabuk bersama sesuatu yang dianggap sebagai tuhan … he he he …
mabuk cinta kepada tuhan -katanya- padahal bisa jadi jerat iblis yang menderanya…
iya benar, itu salah satu jerat iblis … na’udzu billah min dzalik …
subahanallah alhamdulillah …
nulisnya begini, betul nggak ?
iya, Teh Winny …
transliterasi memang agak susah dan mungkin berbeda-beda …
barangkali bisa saja ditulis begini: subhanallahu, alhamdulillah …
atau bisa juga subhaanallaah, alhamdu lillaah …
hehe he
*dipelanin lagiii
maacih, qaqa hendraaaa
Iya, terima kasih kembali, Adik Dyas … he he he …
mau request… tentang kapankah waktu yg pas mengucapkan: subhanallah, alhamdulillah, dan allahu akbar
itu bisa dibaca setelah ber-istighfar 3x, kemudian membaca, “Allahmumma anta as-salam wa minka as-salam … -sampai selesai,” kemudian dilanjut membaca tasbih-tahmid-takbir- yg masing-masing 33x ditutup tahlil … wallahu a’lamu …
ada lagi beberapa bacaan lain yg datang dari hadits-hadits shahih …
maksudnya, bukan setelah salat. Tapi saat melihat kebaikan, keburukan, atau keterkejutan gitu, kanggg
oh begitu …
kalau melihat sesuatu yang tidak baik atau tidak menyenangkan, kita mengucapkan: alhamdulillah ‘ala kulli hal …
sedangkan kalau melihat hal-hal yang kita sukai atau menyenangkan, kita mengucapkan: alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat …
jazakallah khairan
wa anti jazakillahu khairan …
Mungkin jadi beribet karena dikejar target … Hheee
dikejar target dunia, ya … he he he …
Ho ohh…
ho ho ho …
dikejar deadline kayaknya tuh.. kayak tarawih yg 23 rakaat, sistem kebuttt..heuheu 🙂
kebut-kebutan itu berbahaya … he he he …
wiiiiiiiiiiiiiiiiihhhh.. pas bahasannya.. =D
kemarin ustadz lutfi juga ngomentarin tentang istighfar rasulullaah yang 70 kali itu bukan hanya di lisan.. sementara kita.. *plaak
betapa kedalaman istighfar rasulullaah itu luar biasa kesatuan hati fikir lisan.. sungguh2 memohon ampun..
trus dzikir kita kalo ngebut gitu.. haiiih.. di lisan aja kagak bener.. *jeeeb..
wah, bahasan yang bagus sekali, ya …
iya, semoga kita diberi kesabaran untuk menjalankah dzikir-dzikir dengan baik, ya …
yap ! kerap kali aku bingung dengan pelafalan bacaan bacaan baik wajib maupun sunah atau apapun itu dengan versi ngebud, tanpa jeda tanpa koma he he he….kelaziman atas kebiasaan tanpa ilmu yang cukup dan mengabaikan rasa,….. dan jumlah bacaan itu….adakah hikmah dibaliknya ? atau memang harfiah adanya…..
ya, kita kadang tidak bersungguh-sungguh, jadi asal ngebut saja …
adapun tentang jumlah, itulah yang datang dari sunnah -dan kita menerimanya- meskipun tanpa penjelasan tentang alasan jumlahnya … wallahu a’lamu …
Iya mas, kadang pelafalan lafadz dzikir suka sembarangan padahal kalau bicara sama atasan di kantor penuh dengan sopan santun 😦
Gak kebayang deh yang oleh gurunya disuruh dzikir ratusan bahkan ribuan kali, bisa bisa bacaannya gak berbentuk lagi tuh
iya juga, ya …
kita klau bicara kepada atasan malah harus terstruktur di saat rapat … he he he …
kebayang memang kalau ditetapkan sampai ribuan kali itu, disamping bid’ah juga tak berbentuk lagi bunyinya … he he he …
Oh ya, kalau tidak salah dzikir istighfar itu ada hadits yang mengatakan bahwa sehari semalam Rasulullah SAW mengucapkannya 100 kali dan ada yang 70 kali. Berarti kita boleh memilih dong mas?
ya, boleh … wallahu a’lamu …
hanya saja kita bertarak menekuri kelaziman
>> hanya saja kita menahan hawa nafsu tunduk pada kebiasaan?
masa menahan hawa nafsu malah tunduk ke kebiasaan? *ga mudheng bang
itu menekuri, bukan tekur …
sebagai kalimat pengabaran dalam percakapan, kata “karena” pada kalimat itu dihilangkan dengan alasan ada kata kelaziman -yang seakan-akan telah dimaklumi … -halah panjang … xixixixi …
*tetep ga mudeeeeng.. hahaha *payah
kalo menekuri kebiasaan ga menahan hawa nafsu lah?
tak selalu berarti “menahan hawa nafsu”, tapi juga duduk diam mengasing -di sini berdzikir- dan itu -dikabarkan- dilakukan sebagai kebiasaan semata, bukan menyertakan pencapaian ibadah …
owwwwwwwwwwwwwhhhh..
*akhirnya ngerti juga.. phyyuuh..
hihihi
hoorreeeeeee …
*jingkrak-jingkrak … he he he …
pikiran yang mengasing juga maksudnya apa?
menyendiri -tak berbincang … he he he …