Aku teringat akan ucapan Maryam, ibunda ‘Isa –‘alaihis salam– ketika dia menyisihkan diri dari kaumnya ke tempat yang jauh lalu bersandar pada sebatang pohon kurma:
يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا :٢٣
“Aduhai, seandainya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tak berarti lagi dilupakan.” (QS. Maryam: 23)
Dialah Maryam putri ‘Imran, perempuan yang tak tersentuh oleh jari jemari setan pada saat kelahirannya, perempuan mulia yang dipanggil oleh kaumnya dengan sebutan “Saudara Perempuan Harun” … dialah ash-Shiddiqah yang senantiasa ber-khidmah di mihrab Bait al-Maqdis dalam asuhan Zakariyya …
Aku juga teringat akan ucapan putri ash-Shiddiq, ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha– di akhir kehidupannya setelah mendengar tazkiyah dari Hibr al-Ummah:
وَوَدِدْتُ أَنِّي كُنْتُ نِسْيًا مَنْسِيًّا
“Betapa inginnya aku menjadi sesuatu yang tak berarti dan dilupakan.” (HR. al-Bukhari)
Dialah ‘Aisyah, perempuan yang kesuciannya difirmankan Allah dari atas petala langit ketujuh, perempuan yang kalungnya terjatuh di al-Abwa’ yang tak berair hingga Allah berkenan menurunkan wahyu tentang debu yang suci. Dialah Humaira’, istri Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wassalam– dan perempuan yang paling dicintainya … Ummul Mu’minin, ibunda kami -dan aku seorang mukmin, insya Allah …
Lalu aku teringat akan ucapan Usaid bin Hudhair-radhiyallahu ‘anhu … lelaki Anshar dan pemuka kabilah ‘Aus, lelaki yang tongkatnya pernah bersinar di kegelapan malam, lelaki yang pernah memandangi payung-payung awan yang seperti lampu di langit ketika para malaikat mendengarkan qira’ah-nya. Dan inilah ucapannya kepada ibunda kami:
جَزَاكِ اللَّهُ خَيْرًا فَوَاللَّهِ مَا نَزَلَ بِكِ أَمْرٌ تَكْرَهِينَهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ ذَلِكِ لَكِ وَلِلْمُسْلِمِينَ فِيهِ خَيْرًا
“Semoga Allah memberi balasan yang baik kepadamu. Demi Allah, tidaklah menimpamu sesuatu yang kau benci, melainkan Alloh menjadikan dengannya kebaikan bagimu dan bagi kaum muslimin.” (HR. al-Bukhari)
Namun … kini aku teringat pula akan suatu kaum yang menyebut ibunda kami sebagai Ummusy Syaithan, perempuan pezina, dan juga putri dari thaghut Quraisy -semoga Allah memburukkan wajah-wajah kaum itu. Demi Allah, tak ada sesuatu pun yang kutemukan dalam ajaran kaum itu selain dari bencana dan kedustaan …
Maka, semoga Allah menyayangi dan menyucikan ruh Ibnu Hazm yang telah berkata tentang kaum itu:
فَإِنَّ الرَّوَافِضَ لَيْسُوْا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ –الفصل في الملل والنحل: ۲/۲۱٣
“Sesungguhnya kaum Syi’ah itu bukanlah bagian dari kaum muslimin.” (al-Fishal fi al-Milal wa an-Nihal: 2/213)
Dan semoga Allah pun menyayangi dan menyucikan ruh Abu ‘Abdillah, Ahmad bin Hanbal yang telah berkata tentang kaum itu yang senantiasa mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ibunda kami:
مَاأَرَاهُ عَلىَ الاِسْلاَم- الخلال / السنة : ۲/ ٥٥٧
“Aku memandangnya bukan Islam.” (al-Khalal dalam as-Sunnah: 2/557)
Sungguh telah kuingat semua itu dan aku mempermaklumkan apa yang kuyakini dalam dada … tidaklah Syi’ah menjadi bagian dari Islam sedikit pun meski sebagian manusia menasabkannya kepada Islam. Sungguh Islam terlepas dari kekotoran Syi’ah sebagaimana terlepasnya Ya’qub –‘alaihis salam– dari kekotoran Yahudi. Syi’ah adalah sebuah agama dan Islam juga sebuah agama, sementara Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ :۱۹
“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran: 19)
Maka, tidaklah kukatakan semua ini kecuali:
لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَن بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَن بَيِّنَةٍ وَإِنَّ اللّهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ : ٤۲
“Agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata pula. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 42)
Bandung, 13 Juni 2011
–HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA—
zzzzzz … he he he …
saya juga ikut menyimak kalau begitu … he he he …
iya, betul … kalau menurut KBBI sih kurang lebih begitu … he he he …
yang telat berdiri di depan kelas … he he he …
sejauh pengetahuan saya, Imam asy-Syaukani -semoga Allah menyayanginya- pun rujuk dari penyimpangan Zaidiyahnya kepada pemahaman Sunnah …hal itu dikarenakan, Zaidiyah pun menyimpang … wallahu a’lamu …
emmm… taqiyyah itu apa ya, kang?iya, ya. apa hubungan Maryam dengan syi’ah?
meluncur … he he he …
saya malah belajar syiah dan sunni dari sini hehehe
taqiyyah itu kemunafikan …memperlihatkan “A” tetapi hatinya sebetulnya “B” …*tidak ada hubungan antara Maryam binti ‘Imran dengan Syi’ah … saya hanya mengingat ucapan beliau yang senada dengan ucapan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha … sementara Syi’ah senantiasa menghina beliau …
mari sama-sama belajar … he he he …
: )Tapi, jejak toleransi para ulama rabbani kepada syiah juga mewangi dalam tarikh“Kita sepakat bahwa syi’ah termasuk golongan tersesat. Namun mereka pun berkelompok-kelompok, ada yang masih dekat dengan Ahlus Sunnah seperti syi’ah zaidiyah di Yaman. Ada pulayang sampai taraf dikafirkan para ulama Ahlus Sunnah, bahkan dikafirkan oleh sebagian syi’ahsendiri. Bahkan Syaikh Al Qaradhawi sendiri pernah men-tahdzir syi’ah.”http://multiply.com/m/item/tranparamole:links:229
ooo ya.. ya.. ya…
dan tidak pernah berhasil …karena Syi’ah memang tak menginginkannya kecuali sekedar ucapan yang diucapkan saja …
“PADA Selasa (6/7) umat Islam di Libanonmengantar tokoh Syiah terkemuka negeri itu dandunia Arab pada umumnya, Sayyid MohammadHussein Fadhlallah ke tempat peristirahatan terakhir.Umat Islam di negeri itu dan bangsa Arab padaumumnya merasa kehilangan seorang pemersatudan pendukung kuat perlawanan terhadapzionisme.Umat Islam dari kalangan Sunni di dunia Arabmungkin merasa lebih kehilangan dibandingkankaum Syiah dikarenakan sikap dan pendirian sangulama dan marji`(otoritas fiqih) bijak ini yangdikenal anti terhadap perpecahan mazhab. Iadikenal dengan semboyan “marilah kita bersatudibawah naungan Allah daripada berpecahbelahatas nama Allah.”Sejak kemunculannya sebagai marji’ Syiah utamadi Libanon dan dunia Arab, tokoh bijak ini tidakpernah terlibat dalam perseteruan antar golonganlebih-lebih antara Sunni-Syiah. Karenanya tidakmengherankan bila, ketokohannya sebagai ulamaterkemuka bukan hanya di kalangan kaum Syiahtapi kalangan umat Islam pada umumnya.Salah satu pendirian Hussein Fadhallah yang tidakmungkin dilupakan kaum Sunni dan akan selalutercatat dengan tinta emas sepanjang sejarahadalah pendirian tegasnya menyangkut UmmulMu`minin (para ibu kaum Mu`min/para istri NabiSAW) dan para sahabat. Ia dengan tegasmengharamkan pengutukan atas UmmulMu`minin dan atas sebagian sahabat Nabi.Karenanya, tak aneh bila situs Islam terkemuka,islamonline.net menyebutnya saat mengomentarikematian sang ulama Syiah ini sebagai ulama Syiahpertama yang berani menfatwakan hal tersebut.Masih menurut situs ini, mungkin dialah ulamaSyiah yang dengan berani mengingkari riwayatyang menyebutkan bahwa Umar Bin Khattabradhiallahu anhu pernah memukul putri BagindaRasulullah SAW, Fatimah Az-Zahra.Pendirian Al-Allamah Fadhlallah yang membuatnyasebagai salah satu tokoh pemersatu umat Islammenurut islamonline adalah penolakannya terhadapAl-Qur`an Fatimah dan mengakui Al-Qur`an yangdicetak di kota Madinah, Arab Saudi serta menolaksetiap perkara yang bertentangan dengan Al-Qur`an cetakan Saudi tersebut.”http://multiply.com/m/item/tranparamole:links:17Wallohu ta’ala a’lam.
he he he …iya, ya … hi hi hi …