Musa dan Ayah Dua Perempuan Madyan …

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (surah al-Qashash):

وَلَمَّا وَرَدَ مَاء مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِّنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِن دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاء وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (٢٣) فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (٢٤) فَجَاءتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاء قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (٢٥)

(23) Dan tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu dua orang perempuan yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua perempuan itu menjawab, “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah seorang yang telah lanjut usia.”

(24) Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, “Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.”

(25) Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu yang berjalan dengan malu-malu, dia (perempuan itu) berkata, “Sesungguhnya ayahku memanggilmu agar dia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” Maka tatkala Musa mendatangi ayahnya dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), (ayah kedua perempuan itu) pun berkata, “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” 

 

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di –rahimahullah– berkata dalam kitab Tafsir Kalam al-Manan:

 

وهذا الرجل، أبو المرأتين، صاحب مدين، ليس بشعيب النبي المعروف، كما اشتهر عند كثير من الناس، فإن هذا، قول لم يدل عليه دليل …

 

Dan lelaki tersebut, ayah dua orang perempuan (yang merupakan) penduduk Madyan, bukanlah Syu’aib Nabi yang telah ma’ruf –(tidak) sebagaimana yang tersiar di kalangan masyarakat luas. Maka anggapan ini (bahwa lelaki itu adalah Syu’aib) tidaklah ditunjang oleh dalil …

 

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad as-Sadhan berkata dalam kitab Tahta al-Mijhar:

 

شاع عند كثير من الناس أنه شعيب عليه السلام ولعل مما حملهم على ذلك كونه من مدين وكونه من الرجال الصالحين. لكن ليس في الآية ما يدل صراحة على أنه شعيب عليه السلام …

… أما شيخ الإسلام فقد ذكر أن كثيرا من المذكورين بالعلم يظن أن شعيبا حمو موسى وقال : إن هذا قول طائفة من الجهال

Telah tersiar di kalangan masyarakat luas bahwasanya dia (ayah dari kedua perempuan yang ditemui Musa –‘alaihis salam) itu adalah Nabi Syu’aib –‘alaihis salam. Barangkali mereka menyimpulkan hal itu dari keberadaannya sebagai penduduk Madyan dan termasuk lelaki saleh. Akan tetapi, ayat-ayat tersebut tidaklah menunjukkan secara jelas bahwa beliau adalah Nabi Syu’aib –‘alaihis salam

… adapun Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah, sungguh beliau telah menyebutkan tentang banyaknya orang yang disebut sebagai ulama yang menyangka bahwa Nabi Syu’aib itu mertua Nabi Musa. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya ini merupakan ucapan sekelompok orang dari kalangan orang-orang jahil.”

Syaikh Ibnu Jibrin –rahimahullah– berkata, sebagaimana disebutkan dalam Tahta al-Mijhar:

اشتهر عند كثير من المفسرين أنه شعيب، لأن شعيبا أرسل إلى مدين، وليس هناك مايعتمد عليه أنه شعيب، والأظهر أنه غيره للبعد بين موسى وشعيب فحكى الله عن قوم شعيب ( وما قوم لوط منكم ببعيد) وقوم لوط في عهد إبراهيم، وإبراهيم بعيد عن موسى

Telah masyhur di kalangan mayoritas ahli tafsir bahwasanya dia itu adalah Nabi Syu’aib –‘alaihis salam- karena Syu’aib diutus kepada penduduk Madyan. (Akan tetapi sebetulnya) tidaklah terdapat penjelasan yang bisa dipegang mengenai hal itu (yang menunjukkan) bahwa beliau itu Nabi Syu’aib. Justru yang tampak jelas, (lelaki itu) itu bukanlah Syu’aib karena (jarak waktu) antara Musa dengan Syu’aib itu sangat jauh …

Allah menyebutkan kisah tentang kaum Nabi Syu’aib:

Sedangkan kaum Luth tidak (pula) jauh dari kalian.” (QS. Hud: 89)

Kaum Nabi Luth –‘alaihis salam– itu hidup pada zaman Nabi Ibrahim –‘alaihis salam, sedangkan masa kehidupan Nabi Ibrahim itu sangat jauh dari masa kehidupan Musa –‘alaihis salam

 

Syaikh ‘Abdul Malik ar-Ramadhani al-Jazairi –hafizhahulah– berkata dalam kitab Min Kulli Surah Faidah:

 

ذكر بعض المفسرين أنّ الشّيخ الكبير المشار إليه في هذه الآية هو نبيّ الله شعيب عليه السلام لكن يشكل عليه أمران جاءا في كتاب الله :

 

Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Syaikh al-Kabir (orang yang telah lanjut usia) dalam surah al-Qashash ayat 23 itu adalah Nabi Syu’aib –‘alaihis salam. Akan tetapi ada dua keterangan di dalam al-Quran yang merancukan pendapat ini …

الأول : أنّ الله ذكر في سورة الأعراف ما يدلّ على أنّ موسى عليه السلام لم يكن في زمن شعيب عليه السلام وإنّما كان بعده وذلك أنّ الله تعالى قصّ فيها ما جرى لنوح وهود وصالح ولوط وشعيب عليهم الصلاة والسلام ثمّ ختم ذلك بقوله : (ثم بعثنا من بعدهم موسى بآياتنا إلى فرعون وملئه فظلموا بها فانظر كيف كان عاقبة المفسدين الاعراف : 103 فدخل شعيب صلى الله عليه وسلم فيمن بعث الله من بعدهم موسى

Pertama: Bahwasanya Allah telah menyebutkan di dalam surah al-A’raf hal yang menunjukkan bahwa Nabi Musa –‘alaihis salam– berbeda zaman dengan masa kehidupan Nabi Syu’aib –‘alaihis salam. Nabi Musa itu hidup sesudah masa Nabi Syu’aib. Allah ta’ala mengisahkan tentang apa yang terjadi dengan Nuh, Hud, Shalih, Luth, dan Syu’aib –‘alaihimush shalatu wassalamkemudian menutup kisah tersebut dengan firman-Nya, Kemudian Kami utus Musa sesudah mereka (rasul-rasul itu) dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan. (QS. al-A’raf: 103)

Maka Syu’aib –shallallahu ‘alaihi wa sallam– itu termasuk (di antara) rasul-rasul yang (kemudian) Allah mengutus Musa setelah mereka …

 
الثّاني :ذكر ابن كثير دليلا لهذا القول فقال في تفسير آية الباب : (وقال آخرون : كان شعيب قبل زمان موسى بمدة طويلة لأنه قال لقومه : ” وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ ” (هود : 89 وقد كان هلاك قوم لوط في زمن الخليل بنص القرآن وقد علم أنه كان بين موسى والخليل مدة طويلة تزيد على أربعمائة سنة كما ذكره غير واحد

 

Kedua: Ibnu Katsir menyebutkan dalil terhadap pendapat ini dalam tafsirnya, “Dan yang lainnya berkata, ‘Syu’aib berada pada masa sebelum zaman Musa dengan rentang waktu yang jauh, karena Syu’aib mengatakan kepada kaumnya, ‘Sedangkan kaum Luth tidak (pula) jauh dari kalian.’” (QS. Hud: 89)

Dan sungguh kebinasaan kaum Luth itu terjadi pada zaman al-Khalil (Ibrahim) berdasarkan nash al-Quran, dan telah maklum bahwa rentang masa antara Musa dengan al-Khalil itu sangatlah jauh, yakni sekitar empat ratus tahun sebagaimana telah disebutkan bukan hanya oleh satu orang saja … 

 

Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah –rahimahullah– berkata dalam kitab al-Jawab ash Shahih:

 

فكم ممن يفسر القرآن بما لا يدل عليه لفظ القرآن بل ولا قاله أحد من الصحابة بل ولا التابعين. كمن يقول إن شعيبا النبي هو كان حمو موسى وليس في القرآن والسنة وكلام الصحابة …

… كون شعيب النبي كان حمو موسى عليه السلام كما تقوله طائفة من الجهال والمتواتر عند أهل الكتاب وعند المسلمين من الصحابة والتابعين وغيرهم خلاف ذلك

 

Dan berapa banyak orang yang menafsirkan al-Quran dengan apa yang tidak ditunjukkan oleh lafal al-Quran, tidak juga oleh apa yang dikatakan oleh shahabat, bahkan tidak juga dengan apa yang dikatakan oleh tabi’in, sebagaimana orang yang mengatakan bahwa Nabi Syu’aib itu mertua Nabi Musa, (padahal hal itu) tidak terdapat di dalam al-Quran, Sunnah, dan ucapan shahabat …

… Nabi Syu’aib menjadi mertua Nabi Musa sebagaimana dikatakan oleh sekelompok orang dari kalangan orang-orang jahil, padahal yang mutawatir menurut ahli kitab dan juga kaum muslimin dari kalangan shahabat, tabi’in, dan selain mereka adalah (ucapan) yang berbeda dari ucapan tersebut  …

Imam Ibnu Katsir –rahimahullah– berkata dalam kitab tafsirnya terhadap surah al-Qashash:

ثمّ من المقوّي لكونه ليس بشعيب أنّه لو كان إيّاه لأوشك أن ينصّ على اسمه في القرآن ههنا وما جاء في بعض الأحاديث من التصريح بذكره في قصّة موسى لم يصح إسناده …

 

Kemudian di antara hal yang menguatkan bahwa beliau bukanlah Nabi Syu’aib, yaitu bahwasanya jika seandainya beliau memang Syu’aib, niscaya namanya akan disebutkan dengan jelas dalam ayat al-Quran tersebut. Sedangkan apa yang terdapat dalam beberapa hadits tentang penyebutan nama beliau secara jelas mengenai kisah Musa, maka (hadits-hadits) itu tidaklah shahih sanad-sanadnya …

 

Bandung, 2 Oktober 2012

–HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA–

17 comments on “Musa dan Ayah Dua Perempuan Madyan …

  1. Novi Kurnia says:

    Informasi yang mengejutkan!

    *sambil mengingat buku kisah para nabi waktu kecil. ada disebutkan enggak ya siapa lelaki tua itu…

  2. Indah says:

    ga masuk2 ke otak bacanya…lg ngantuk tingkat dewaa…Zzzz…

  3. ooo ternyata begitu ya
    telah terjadi penyimpangan sejarah ya Mas ?

  4. matahari_terbit says:

    wooooooooooooooooohhhhhhhhhhh aseliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii kageeeeeeeeeeeeeeetttttttttt…

    bukan nabi syu’aib ‘alaihissalam?! wooohh..

    gitu yah.. duh.. haduuhhh *feel guilty.. haduh haduuh

  5. pergipagi says:

    heu, saya harus meralat tulisan saya pada laman ini http://pergipagi.wordpress.com/2013/01/10/membentuk-pribadi-muslim-unggul/ tentang itu..

    jazakumuLLah khair mas Hendra 🙂 dan juga mbak Fajar yg telah membawa saya ke link ini..

  6. […] Sumber: Musa dan Ayah Dua Perempuan Madyan … […]

Leave a comment